Selasa, 19 Mei 2015

Museum Kayu Tuah Himba

Museum Kayu Tuah Himba ini terletak di kawasan Waduk Panji Sukarame, yaitu berjarak sekitar 600 meter dari Waduk, Tenggarong, Kalimantan Timur.Berjarak 3 kilometer dari pusat Kota Tenggarong, Museum Kayu menyimpan jenis-jenis kayu yang tumbuh subur di Pulau Borneo. Kayu-kayu yang menjadi koleksi di museum ini mencapai 220 jenis kayu perdagangan. Di antara kayu-kayu yang menjadi koleksi museum ini adalah kayu ulin yang hanya tumbuh di Pulau Kalimantan.


Museum Kayu dibangun pada tahun 1990-an dengan menggunakan kayu sebagai bahan dasar. Berbentuk rumah panggung khas Kalimantan yang berukuran 20 x 20 M2. Bangunan ini di kelilingi oleh pohon-pohon tinggi menyerupai hutan lindung. museum ini memiliki nama lengkap Museum Kayu Tuah Himba. Kata “Tuah himba” diambil dari semboyan Kota Tenggarong,yakni “Tuah Himba Untung Langgong” yang berarti menjaga kekayaan hutan dan alam, maka manfaat yang diperoleh akan langgeng (lancar).

Museum ini juga terdapat 2 buaya muara (Crocodelus Porosus) yang telah diawetkan dalam Museum Kayu tersebut. Kedua ekor Buaya ini sempat membuat heboh warga Kalimantan timur pada tahun 1996. Karena memangsa dua orang manusia di Sanggata ( Kutai Timur, pada tahun itu belum ada pemekaran untuk Kabupaten Kutai ) dan Muara Badak (Kutai Kartanegara). Buaya Pertama ditangkap pada 8 maret 1996 di Sungai kenyamukan, Kecamatan Sanggata setelah memangsa Ny. Hairano (35). Buaya Jantan yang memangsanya berusia sekitar 70 Tahun memiliki panjang 6,6 meter dengan berat 350 Kg serta lingkar perut 1,8 meter. sementara itu buaya yang kedua memangsa pria bernama Baddu (40), Buaya berjenis kelamin betina ini memiliki panjang 5,5, meter, berat 200 kg, dengan lingkar Perut sekitar 1 meter ditangkap di Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak pada tanggal 10 April 1996. di dekat lemari kaca terdapat juga potongan artikel berita dari media cetak yang menginformasikan tentang kejadian tentang keganasan Buaya tersebut. Buaya ganas ini ditempatkan di bagian tengah museum sebagai penanda selamat datang kepada pengunjung.


Selain itu di ruang yang lain,Pengunjung dapat menyaksikan beraneka ragam koleksi yang berkaitan dengan kehutanan, khususnya hutan Kalimantan yang kaya akan berbagai jenis pohon dan terdapat koleksi berupa berbagai jenis daun yang tersebar di seluruh Kalimantan Timur. serta terdapat fosil kayu yang telah berumur ratusan tahun dan telah berubah menjadi batu.

Beda lagi dengan koleksi yang tersimpan di Ruang Ukiran. Di ruang ini, terdapat ukiran-ukiran kayu khas Kalimantan. Patung khas Dayak Kenyah, rumah betang, atau rumah panjang khas Dayak berukuran mini ikut melengkapi kerajinan yang tersusun rapi di sudut-sudut ruang.


Koleksi lain di Museum Kayu adalah lempengan kayu kapur dengan diameter 60 centimeter. Di alam, pohon ini mampu tumbuh hingga ketinggian mencapai 60 meter. Kayu ini biasa digunakan sebagai pondasi bangunan.

Ruang yang lain dikhususkan untuk menyimpan berbagai kerajinan berbahan dasar rotan. Kerajinan yang menjadi koleksi di ruang ini seperti perabotan rumah, lampu taman, kursi, hingga rotan sebagai bahan dasar pembuat aneka kerajinan tersebut.

Koleksi lain dari Museum kayu ini, di antaranya adalah:
• Kerajinan Dayak, diantaranya adalah anjat, mandau, ukiran Dayak yang terbuat dari kayu ulin
• Miniatur rumah khas Dayak
• Jenis-jenis kayu di huatan daerah Kutai Kartanegara
• Koleksi jenis kayu 200 buah
• Koleksi jenis-jenis daun kayu yang dikeringkan 200 buah
• Koleksi biji-bijian
• Koleksi potongan log atau batangan pohon yang tumbuh di Hutan Kalimantan
• Koleksi Kepiting pemakan sari kelapa
(rhi)

0 komentar:

Posting Komentar