Ini adalah kisah tentang seorang Imam yang dipanggil ke suatu tempat untuk menjadi Imam di sebuah masjid. Seperti biasa Ia pun hendak berangkat ke tempat itu selalu menaiki bus untuk pergi ke masjid. Pada suatu hari, selepas Imam tersebut membayar tiket dan duduk di dalam bus, dia tersadar saat kondektur bus tersebut memberikan uang kembaliannya, ternyata uang itu lebih dari yang harus ia bawa, sebanyak 10 sen.
Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan tentang uang 10 sen tersebut. “Perlukah aku mengembalikan uang 10 sen ini?” Imam tersebut bertanya kepada dirinya. “Ah… pemilik bus ini sudah kaya, rasanya hanya uang sebesar 10 sen tidak akan menjadi masalah. Untuk membeli bensin pun tidak akan cukup,” hati kecilnya berkata-kata.
Sesampainya di masjid, Imam itu pun segera menghentikan bus dengan membunyikan bel. Bus pun berhenti. dan saat akan turun Imam itu merasakan kaku tubuhnya. Seketika itu juga ia berhenti berjalan dan berpaling kepada kondektur bus, sambil mengembalikan uang 10 sen yang tadinya takkan dia kembalikan. “Tadi, kamu memberikan uang kembalian terlalu banyak kepada saya,” kata Imam kepada kondektur bus. “Oh, terima kasih! Kenapa dikembalikan pak? padahal uang 10 sen itu sangat kecil nilainya,” tutur kondektur bus. Sang Imam pun menjawab, “Uang tersebut bukan milik saya, sebagai seorang muslim saya harus berlaku jujur.” Kondektur bus tersebut tersenyum dan berkata, “Sebenarnya saya sengaja memberi uang kembalian lebih sebanyak 10 sen, saya ingin tahu kejujuran anda wahai Imam.” Imam tersebut turun dari bus dan seluruh jasadnya menggigil kedinginan. Imam tersebut berdoa sambil menadah tangan, “Astaghfirullah! Ampunkan aku ya Allah, aku hampir-hampir menjual harga sebuah iman dengan 10 sen.”
Pada zaman sekarang banyak sekali orang yang dengan mudahnya menukar keimanan dengan beberapa bungkus mie atau sedikit beras. Hanya untuk mengenyangkan perut, tanpa mengingat balasan yang akan didapat di dunia ataupun di akhirat. Banyak orang yang tidak sadar, uang yang dia konsumsi akhirnya akan menjadi nyala api di akhirat kelak. “Sedikit kok,” mungkin begitulah tadinya para petinggi yang menyalahgunakan uang umat. Tapi akhirnya godaan setan terus memperdengarkan nyanyian neraka lalu tergoda kembali untuk mengambil uang yang bukan haknya sedikit demi sedikit. Semoga kita bisa mengambil hikmah cerita tersebut (rhi)








0 komentar:
Posting Komentar